Selasa, 31 Maret 2015

SUNNI - SYIAH

Perhatikan, setiap kali koalisi liga arab yang didukung AS dan Israel menyerang suatu negara, isu yang mereka lontarkan selalu sama, yaitu perang sunni dan syiah.
Isu itu kentara sekali saat mereka masuk ke Suriah, dimana Bashar Assad di-cap sebagai syiah dan wajib di perangi. Di Irak, ketika terjadi bentrokan selalu diberitakan ke media bahwa itu bentrokan sunni dan syiah. Begitu juga yang mereka proklamirkan di Yaman.

Kenapa mereka begitu ?
Sunni atau ahlusunnah adalah kesatuan mazhab Islam terbesar di dunia. Di dalam ikatan "sunni" ada 4 mazhab terpisah, Syafii-Hanbali-Hanafi dan Maliki. Syafii adalah yang terbesar.
Sedangkan yang disebut wahabi bukanlah mazhab, ini ideologi politik yang dibentuk berdasarkan nama Muhammad bin abdul wahab. Jadi bisa dibedakan antara mazhab dan ideologi politik. Ideologi wahabi ini menyusup di dalam tubuh mazhab mayoritas sunni. Mereka mengklaim diri sebagai yang "paling" sunni dari semua sunni dan yang "paling" Islam dari semua muslim. Kata "paling", sengaja saya berikan tanda petik karena sebenarnya kata itu kebalikan dari yang sebenarnya. Untuk bisa menguasai mazhab sunni, maka mereka harus membunuh ulama2 sunni yang menentang mereka. Karena itulah mereka menghabisi Syeikh Ramadhan al buthi, ulama besar sunni di Suriah dengan bom bunuh diri saat beliau sedang menyampaikan ceramah. Juga banyak ulama sunni lain yang mereka bantai.

Jadi sebenarnya, yang terancam eksistensinya disini bukanlah Syiah, karena Syiah sudah mereka proklamirkan sebagai musuh sehingga jelas siapa berhadapan dengan siapa. Tetapi munafik adalah musuh yang sangat berbahaya karena ia menyusup dan menyamar sebagai "seolah-olah". Sunni banyak yang tidak tahu didalam tubuhnya ada virus yang
sangat berbahaya yang memakan organ2 dalam mazhab itu. Kelemahan di mazhab sunni adalah mereka kehilangan jalur ahlul bait, sehingga tidak paham mana musuh dan mana kawan. Mereka biasanya gamang dan selalu mencoba netral dan berprasangka baik. Itulah yang disebut Nabi Saw bahwa di akhir zaman umatku banyak tapi seperti buih di lautan. Situasi gamang ini dimanfaatkan betul oleh wahabi. Jadi kita bisa paham kenapa ISIS, Alqaeda, Jabht al nusra dan organisasi radikal lainnya begitu mudah masuk ke sebuah wilayah dan merebutnya. Karena penduduk wilayah tersebut mayoritas sunni yang selalu berprasangka baik dan welcome kepada yang mereka anggap
"saudara sesama muslim". Mereka baru sadar ketika organisasi radikal itu mulai menampakkan taringnya dengan membunuhi orangtua, anak dan sanak keluarga mereka. Barulah mereka angkat senjata meski terlambat dan sudah susah mengusir virus itu dalam tubuh mereka. Seandainya sejak awal mereka waspada, tentu tidak akan seperti itu
kejadiannya. Apa yang dilakukan NU dan Muhammadiyah meski agak
terlambat, sudah berada pada jalur yang benar. Bersyukurlah kepada Tuhan, kita tidak mengalami seperti di Aleppo Suriah, Mosul dan Tikrit di Irak dimana banyak kuburan massal berisi wanita dan anak2 yang dibantai dengan kejam. Sejatinya, mereka yang suka meng-klaim agama dan mazhab dalam hubungan sosial, adalah penyusup dalam barisan. Mereka memecah belah supaya mudah menghancurkan titik2
lemah.

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dengan barisan yang teratur, seakan-akan mereka
seperti bangunan yang tersusun kokoh." (ash Shaff: 4).

Sunni dan Syiah ibarat secangkir kopi. Pahit dan manisnya dipadu untuk mendapat keseimbangan rasa. Perbedaan dalam ibadah adalah urusan Imam Mahdi as untuk menyatukannya, tugas kita hanyalah berkasih-sayang kepada sesama. Biasakanlah melihat ibadah syiah, supaya tidak terkaget dan seperti katak dalam tempurung. Seperti membiasakan lidah untuk menikmati rasa pahit dalam secangkir kopi, toh lama2 akan menjadi candu juga....



Oleh : D. Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar