INDONESIA DIAMBANG KRISIS MONETER LAGI..?
INI DIA JAWABANNYA.
Banyak relawan Jokowi yang menanyakan tentang kebenaran
analisa saya tersebut.
Sebenarnya saya males jelasinnya, tapi saya sadar bahwa
ilmu itu bukan untuk disembunyikan, tapi harus diamalkan
dan disampaikan kepada orang lain. Biar jadi investasi pahala
sampai kiamat.. Aamiin..
Back to topic..
Diawali dari kebijakan Jokowi yang memilih berhutang kepada Bank Dunia, katanya sih untuk membangun infrastruktur.
http://m.okezone.com/read/2015/02/27/20/1111394/jokowi-
utang-ke-bank-dunia-untuk-bangun-infrastruktur
Memang sekilas kebijakan itu wajar dan masuk akal, sebab pemerintahan terdahulu melakukan hal yang serupa. Namun mari kita kaji lagi dampak jangka panjang dari kebijakan tersebut.
Berkaca dari kebijakan Orde baru, yang saat itu menggenjot target pembangunan infrastruktur dengan pendanaan yang bersumber dari hutang luar negeri.
Memang pembangunan meningkat pesat..
Kebijakan hutang luar negeri itu kemudian diiringi dengan pembukaan akses investasi asing yang seluas-luasnya. Dibukanya akses investasi asing tersebut dimanfaatkan oleh George Soros, seorang pemodal asing berdarah yahudi. Suatu ketika Presiden Soeharto yang awalnya dekat dengan AS mulai berpaling kepada Ulama yang berbasis di PPP.
Soeharto melakukan ibadah haji dan mulai condong ke Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Kedekatannya tersebut dipererat dengan ditunjuknya B.J.Habibie selaku ketua ICMI menjadi Wapres yang mendampingi Soeharto. Hal itu ditempuh lantaran pertimbangan usia Pak Harto yang sudah senja, dan apabila terjadi sesuatu hal yang buruk menimpa Pak Harto maka Habibie yang akan melanjutkan pemerintahan. Sebuah komposisi pemerintahan yang sangat kuat dan ideal, dimana Presiden dijabat oleh seorang Jenderal Besar dan didampingi oleh seorang teknokrat yang jenius serta taat agama.
Dalam perjalanan pemerintahannya, berbagai program fenomenal dan futuristik dirancang oleh kabinetnya, diantaranya mobnas, industri pesawat tempur nasional, industri pertahanan dan industri tekstil yang mandiri. Hal tersebut dianggap sebagai ancaman serius bagi AS dan
Zionis, mengingat Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Bila Indonesia kuat, maka akan menjadi ancaman serius bagi hegemoni AS dan Yahudi. Tidak ingin kecolongan, maka para ekonom AS dan Yahudi yang diketuai oleh George Soros akhirnya mengambil langkah prefentiv dengan cara menarik investasi mereka di Indonesia disaat menjelang jatuh tempo pembayaran hutang luar negeri
Indonesia. Akibat penarikan modal secara besar-besaran tersebut,
cadangan devisa negara kita terkuras habis, dan akhirnya kita tidak punya devisa untuk membayar hutang luar negeri yang sudah hampir jatuh tempo. Itulah yang disebut Indonesia tengah mengalami krisis
moneter. Dewasa ini kita bisa membaca bahwa Jokowi hendak meniru
langkah rezim Orba, yang menggenjot pembagunan infrastruktur dengan sumber pendanaan dari hasil hutang luar negeri. Jokowi juga membuka akses selebar-lebarnya bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
http://m.kompas.com/properti/read/2014/07/04/115201521/
Jokowi.Buka.Peluang.Asing
Jokowi juga mencari sumber pendanaan infrastruktur dengan
cara menaikkan harga BBM ditengah merosotnya harga
minyak dunia.
http://m.liputan6.com/bisnis/read/2199681/pemerintah-tegas
kan-kenaikan-bbm-untuk-pembangunan-infrastruktur
Kebijakan rezim Jokowi tersebut sama saja menyerahkan
pembuluh nadi Indonesia kepada pihak asing
http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/12/
newigi-ajak-asing-investasi-jokowi-serahkan-pembuluh-
darah-indonesia
Hal ini jelas berbahaya bagi ketahanan ekonomi negara kita dan berpotensi besar menjerumuskan Indonesia kedalam krisis moneter jilid II.
Padahal di era pemerintahan SBY, Indonesia berusaha sekuat
tenaga melepaskan diri dari hutang IMF dan Bank Dunia.
http://mobile.kontan.co.id/news/sby-utang-lunas-indonesia-
bukan-lagi-pasien-imf
Adapun besarnya hutang di era SBY dikarenakan besarnya
pembelanjaan Alat utama sistem pertahanan (Alutsista) TNI, dimana saat itu Kemenhan memutuskan untuk memborong jet tempur Sukhoi Su-27 & Su-30, memborong kapal cepat rudal, memborong tank Leopard, dll. Yang perlu kita ketahui bahwa pembelanjaan tersebut sesuai dengan kebutuhan pertahanan nasional serta dibeli melalui perjanjian imbal dagang dengan negara2 produsen senjata tersebut.
Oleh sebab itu, tidak ada lagi alasan para relawan Jokowi menggugat pemerintahan era SBY.. Apalagi menjadikan alasan untuk meligitimasi kebijakan Jokowi yang berhutang kepada Bank Dunia. Dan tidak ada alasan bagi kita untuk membiarkan berlanjutnya pemerintahan Jokowi yang nyata-nyata berpotensi besar akan menjerumuskan negara kita kepada krisis ekonomi untuk yang kedua kalinya.
Semoga Bermanfaat.
Salam Cinta Kerja Harmoni.
Satria Dirgantara.
(Wakil Presiden Militan Keadilan)
** Bantu perjuangan kami dengan membagikan artikel ini.
Semoga Allah memberikan pahala yang berlipat ganda.
Aamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar