Selasa, 08 Maret 2016

Pengobatan Sederhana

4 MACAM PENGETAHUAN SEDERHANA

1. Tersedak makanan, 
2. Salah bantal, 
3. Kram kaki, 
4. Kaki kesemutan

Ini adalah pengetahuan yang dapat menolong orang lain dan diri sendiri.

Cara pertolongan sebagai berikut:

1. TERSEDAK MAKANAN
Cara penanganan jika tersedak makanan ternyata sangat mudah. Jika anda atau teman anda tersedak makanan cukup hanya dengan “mengangkat tangan”. Maka tersedak akan segera teratasi...
Metode seperti ini sudah dipelajari di sekolah-sekolah.
Jadi cara penanganan jika tersedak makanan adalah hanya dengan “mengangkat tangan”.

2. SALAH BANTAL
Kadangkala ketika bangun tidur, anda menemukan diri anda salah bantal, yaitu merasa nyeri di leher. Apa yang harus dilakukan ketika salah bantal...?
Ketika merasa salah bantal, anda hanya perlu mengangkat kaki anda, kemudian tarik ibu jari kaki dan pijat dengan memutar searah atau berlawanan arah jarum jam.

3. Kram kaki
Ketika kram kaki kiri, angkat tangan kanan tinggi-tinggi, ketika kram kaki kanan, angkat tangan kiri tinggi-tinggi, segera akan terasa lebih enak.

4. Kaki kesemutan
Ketika kaki kiri kesemutan, ayun telapak tangan kanan dengan sekuat tenaga, ketika kaki kanan kesemutan, ayun telapak tangan kiri dengan sekuat tenaga...

Semoga bermanfaat

Rabu, 02 Maret 2016

KETIKA TUHAN MENGANTARKAN PAKET AMAL DI HADAPANMU

KETIKA TUHAN MENGANTARKAN PAKET AMAL DI HADAPANMU..

"Kasihan dia sekarang.."

"Kenapa ?"
"Ibunya stroke sejak 7 tahun lalu. Dia anak satu-satunya. Istrinya minta cerai karena tidak mau mengurus mertuanya. Anaknya satu, masih kecil. Dia terpaksa keluar dari kerjaan karena mengurus ibunya dan anaknya. Duh, kasihan-lah pokoknya...."

Kutatap wajah temanku. Ada guratan keprihatinan di wajahnya membayangkan kehidupan temannya. Dia merasa sangat bersyukur dengan hidupnya yang lebih baik. Aku tersenyum.

Terbayang ketika aku berkunjung ke seorang sahabat yang terkena kanker stadium akhir. Dia sudah tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Tubuhnya kurus tinggal tulang. Anehnya, wajahnya ceria. Senyumnya terus mengembang.

Aku duduk disampingnya, memegang tangannya dengan jari-jari yang kurus. Kami pernah melewati "masa gila" bersama. Masa ketika rasa takut itu bukan menjadi bagian dari diri kami. Masa ketika kami sama sekali tidak berfikir.

"Kamu tahu, den.." Katanya lemah. "Banyak orang yang memandang kasihan padaku. Mereka menganggap apa yang aku alami adalah musibah. Kata-kata mereka mencoba menghiburku. Tapi apa yang harus dihibur ? Aku sedang gembira..."

Begitulah sahabatku. Sisi pandangnya selalu menarik untuk disimak.

"Tidak banyak orang tahu, bahwa sakit, kemiskinan, kepedihan, kesulitan adalah cara Tuhan untuk mengikis dosa-dosa yg selama ini kita lakukan. Seandainya mereka tahu bahwa penyakit itu adaah anugerah, maka mereka tentu menyambutnya dengan gembira.

Bayangkan, dosa-dosa dikikis di dunia supaya ringan siksa kita di alam kubur nanti, yang kita tidak bisa membayangkan seberapa keras tekanannya. Betapa mulyanya. Tentu saja aku menjadi gembira. Kamu belum tentu semulya aku sekarang, karena pengikisan dosaku jauh lebih cepat dari kamu... "

Berat rasanya kelopak mataku. Ada embun yang menggantung disana. Bukan karena sedih, bukan. Karena aku sangat kagum akan cara pandangnya dengan dasar ilmu yang kuat.

"Dan dia..." Temanku memandang ke istrinya yang tersenyum di pojok kamar meihat kami berdua ngobrol bersama. "Dia paham, bahwa aku adalah ladang amal-nya yang harus dia jemput. Aku adalah poin-poin, bonus yang dia kumpulkan untuk bekal perjalanan dia di alam kubur nantinya. Kesabaran dan keikhlasan dia merawatku menjadi penyelamat dia nantinya. Tuhan memberiku sakit sebagai pengikis dosaku, dan Tuhan mengirimkan aku dalam kondisi sakit kepada istriku sebagai "paket amal" yang diantarkan langsung ke depannya untuk dia kumpulkan..."

Temanku menoleh kepadaku. "Hebat, bukan ?" Senyumnya tidak pernah kulupakan. Senyum terakhir yang aku rekam dalam otakku saat aku mengantarnya berbaring di kegelapan kubur. Ketika satu persatu tanah dimasukkan ke liangnya, istrinya terduduk ditanah dengan tangis yang tertahan.

Aku merasa itu tangis kegembiraan karena ia berhasil mengumpulkan poin amal sebanyak-banyaknya yang dikirimkan Tuhan kepadanya.

Ah, aku baru teringat. Temanku dan istrinya mengambil sudut pandang akhirat dalam membaca peristiwa mereka, berbanding terbalik dengan banyak orang yang mengambil sudut pandang dunia sehingga mereka menganggapnya sebuah musibah.

"Dunia adalah tempat amal tanpa perhitungan dan akhirat adalah tempat perhitungan tanpa amal" (Imam Ali as)








D. Siregar